Petuah Pak Cah, Menulis tak Butuh Bakat Melimpah
Itu
kalimat-kalimat awal seorang Cahyadi Takariawan, kompasioner favorite
2014 yang menyampaikan "Sharing Session" kepada hampir 150 kader Partai
Keadilan Sejahtera (PKS) di MD Buliding, atau kantor Dewan Pengurus
Pusat PKS (DPP), Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Ahad (28/12).
Banyak
tuturan segar keluar dari penulis Buku "Yang Tegar di Jalan Dakwah"
ini. Ia didaulat Humas DPP PKS untuk menyampaikan pengalaman bagaimana
agar tulisan dapat menginspirasi banyak pembaca.
Pria
asal Yogyakarta ini mengungkapkan, sebagai seorang penulis jangan
pernah menyerah untuk terus berusaha agar tulisan yang dihasilkan dapat
terpublikasi.
"Kalau
kita menulis jangan sampai ditolak media. Jadi kalau ditolak di media
Nasional, kirim ke media lokal. Media kampus, kalau ditolak juga muat di
media sendiri," tutur penulis yang akrab disapa Pak Cah itu.
Pak
Cah juga mengungkapkan, kapan saja waktu yang terbaik untuk menulis.
"Hari terbaik menulis itu, senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu dan
ahad, dan waktu yang terbaik untuk menulis itu, jam 1, jam 2, jam 3
sampai jam 24.00," kelakarnya, disambut gelak tawa para peserta diskusi.
Bagi
seorang penulis, tidak boleh ada alasan lagi kering inspirasi. "Menulis
itu bisa dari pengalaman, amanah maupun kegiatan sehari-hari," ungkap
konselor rumah tangga ini.
Pak
Cah mencontohkan seorang ibu-ibu di Yogyakarta bisa menerbitkan satu
buku. Berawal dari rutinitas menunggui anak pulang sekolah, sang ibu
mencatat setiap cerita para ibu tentang aktivitas anaknya. "Jadilah buku
'Celoteh Anak-Anak'. Keseharian kita bisa jadi inspirasi tulisan."
Pengalaman
itulah yang diakuinya membedakan genre tulisannya. "Dulu saya banyak
menulis yang ideologis semisal 'Menikah di Jalan Dakwah'. Tapi sekarang
judulnya 'Woderfull Couple', 'Wonderfull Husband'. Ada perbedaan karena
kini saya menulis tanpa merumitkan diri dengan referensi. Cukup
mengeluarkan pengalaman sebagai konselor 14 tahun," kisahnya.
Pak Cah mengaku dengan menulis ulang pengalamannya, ia bisa lebih lepas dalam berekspresi.
Pak
Cah berbagi tips untuk menyimpan ide. Ia selalu mencatat lintasan ide
di telepon genggamnya. Ia juga selalu menyempatkan menulis satu jam
sehari setelah Shubuh. Pak Cah mengaku ia bisa menulis dimana saja untuk
artikel di internet. "Tapi untuk menulis buku saya perlu satu tempat
dan waktu khusus," ungkapnya.
Soal
profesi sebagai penulis, Pak Cah mengakui di Indonesia memang belum
bisa jadi mata pencaharian. "Menulis itu jadi jendela saja. Bukan untuk
terkenal tapi dikenal," katanya.
Pak
Cah berpesan aktivitas menulis tidak dibenturkan dengan profesi yang
lain. "Menulis itu bisa berkembang seiring dengan profesi," tuturnya. (Sumber: Humas DPP PKS)
Komentar