Terima Duitku, Nanti Ku Rampok Negaraku!
![]() |
Source: www.tvberita.com |
HARI
itu kebetulan air di rumah saya mati tanpa sebab yang jelas. Setelah
saya coba mengecek dan tidak menemukan sebabnya, saya akhirnya
menyerah dan meminta bantuan tukang yang biasa memperbaikinya.
Kebetulan memang air di rumah sudah beberapa kali rusak. Entah karena
kabel yang putus, arus listrik yang mati, atau karena pompa air harus
dipancing. Karena yang biasa memperbaiki sedang bekerja di tempat
lain, akhirnya saya meminta bantuan bapak tukang yang kebetulan
pernah memperbaiki rumah saya beberapa kesempatan terakhir.
Dalam
sebuah kesempatan saya ikut nimbrung saat tukang sedang memperbaiki
mesin air yang rusak. Saya biasa memanggilnya Pak Widi. Pak Widi ini
kebetulan ikut membawa anaknya untuk membantu pekerjaaannya.
Kebetulan sang anak sudah pulang dari sekolah. Anak tersebut
menggunakan sebuah kaos partai. Lalu saya tertarik untuk menanyakan
ke Pak Widi. “Pak, besok 9 April 2009, milih
partai itu dong?”, ungkap saya sambil
menunjuk kaos sang anak. Sambil tertawa Pak Widi menjawab: “Hehehe,
iya mas. Dari sejak muda saya pilih itu.”
Jawaban yang singkat tapi saya tidak mendapat alas an logis mengapa
Pak Widi memilih partai tersebut.
Setelah
berbasa-basi terakait kaos yang dipakai anaknya, saya menanyakan lagi
tentang bendera-bendera partai yang dipasang di dekat rumahnya. Nah,
bendera partai ini kebetulan berbeda dengan kaos yang dipakai sang
anak. “Lho Pak, itu yang bendera partai itu
yang masuk kesana siapa dan menawarkan apa?”,
tanya saya. “Itu kemarin ikut membantu acara
jatilan/campur sari warga kampung mas”,
jawabnya. Nah, dari situ saya bisa menyimpulkan. Sebenarnya
masyarakat kita masyarakat yang prgamatis. Masyarakat akan menerima
apa saja yang diberikan oleh partai tertentu, akan tetapi belum tentu
memilih partainya.
Saya
jadi teringat kejadian sewaktu pemilihan kades (kelurahan) di daerah
saya. Yang bikin saya terkejut, saya dengar beberapa kandidat calon
sudah menghabiskan ratusan juta. Saya terus terang gak habis pikir.
Berapa toh gaji Kades/Lurah, sehingga harus mengeluarkan uang ratusan
juta. Pertanyaannya, duit itu dari mana? Iya kalau menang, kalau
kalah terus gimana? Mungkin kita senang diberi uang 50-100 ribu, tapi
apakah kita tidak berfikir dari mana sumbernya uang para kandidat
tersebut? Cara mengembalikannya? Jika itu pinjaman (hutang) sudah
pasti akan melakukan segala cara untuk mengembalikannya. Seolah-olah,
para kandidat yang mencalonkan tersebut ingin bilang seperti ini:
“Terima duitku, Nanti Ku Rampok Negaraku!.”
Melalui
tulisan ini, saya mengajak para pemilih agar berfikir lebih panjang.
Yuk kita bantu agar para wakil rakyat kita tidak korupsi dengan tidak
mengambil dana yang diberikan para Caleg. Begitu pun dengan para
Caleg. Wahai para Caleg, sadarlah. Jika masyarakat hanya ingin
uangmu, mereka belum tentu memilih Anda. Jadi, jangan kau
hambur-hamburkan duitmu untuk rakyat dari sumber yang Anda sendiri
belum tau cara mengembalikannya. Semoga di Pemilu 2014 ini, dapat
terpiilih wakil-wakil rakyat dan pemimpinan yang amanah dan peduli
dengan rakyatnya. Indonesia semakin sejahteran, aman, dan bebas
korupsi. Aamiin... []
Komentar