Jatuh, Tersenyum dan Bangkit Lagi
UNTUK
memulai tulisan-tulisan saya yang serius, rasanya butuh tenaga yang ekstra
untuk membiasakannya kembali. Maklum, karena kesibukan bisnis kecil yang saya
rintis, rutinitas menulis saya sempat vakum lama selama bertahun-tahun. Pernah
mencoba menulis kembali di blog, tetap saja ide yang ingin ditulis selalu kalah
dengan pesanan-pesanan mitra yang harus diantar. Jadi saya ingin memulai lagi
dengan tulisan yang ringan-ringan saja, tapi semoga tulisan-tulisan ini bisa
menghadirkan banyak hikmah bagi kita semua. Mengapa saya menyebutnya
tulisan-tulisan, karena saya berharap catatan ringan ini bisa berlanjut secara
berkala untuk saya posting di blog saya.
Berawal
dari sebuah kejadian saat saya di minimarket merk franchise yang cukup populer
di Indonesia. Saat ingin membayar di kasir, saya cukup lama menunggu antrian
karena di depan saya ada seorang ibu dengan dua anaknya sedang membayar. Anak
ibu tersebut, saya taksir sang kakak sekolah di bangku menengah pertama, dan
sang adik di bangku sekolah dasar. Anak yang paling kecil tanpa sengaja
menjatuhkan makanan yang dia makan. Dengan agak kecewa ia bilang ke sang ibu
jika makanannya jatuh. Lalu sang ibu dan kakaknya menyarankan untuk memungut
dan membuangnya di tempat sampah.
Lalu,
tiba giliran saya membayar. Karena memang niatan saya dari rumah hanya
mentransfer uang untuk ibu saya melalui ATM yang ada di gerai tersebut, saya
berbelanja tidak terlalu banyak. Setelah sampai di motor, ternyata ibu dan dua
anak tadi belum bergegas pulang dan masih sibuk membenarkan air galon yang baru
saja dibelinya untuk dibawa menggunakan motor. Entah melamun atau bagaimana
sang anak yang tua, galon tersebut jatuh dan pecah. Air pun mengalir dan
menciprati celana saya. Beruntung, celana saya yang basah hanya mengenai bagian
bawah. Itu pun karena celana mengandung bahan parasut, jadi tidak menjadi soal.
Kembali
ke soal air galon yang pecah tadi, karena airnya mengenai celana saya maka sang
ibu pun meminta maaf. “Maaf ya pak, airnya kena celana bapak”, begitu
permohanan sang ibu dengan suara pelan. Saya menjawab, “Tidak apa-apa bu, bukan
masalah yang berarti.” Lalu saya perhatikan sang ibu tidak memarahi anaknya
yang tua, justru menyuruh menyingkirkan galon yang pecah tersebut ke tempat
sampah.
Apa yang
bisa dicatat dari kejadian tersebut? Pertama, dua kejadian jatuhnya makanan dan
air galon tersebut memaksa saya untuk menyimpulkan bahwa sang ibu memang
seorang yang penyabar dan sangat sayang dengan anak-anaknya. Kedua, tidak ada
kekecewaan sedikitpun dari seorang ibu dengan dua kejadian tersebut. Mungkin
bagi beberapa orang cerita ini biasa saja, tapi bagi saya sebuah pelajaran yang
sangat berarti. Pertama soal kesabaran dan kedua soal, cepat melupakan kejadian
yang mengecewakan.
Ya,
rasanya memang kita harus mencontoh ibu tersebut. Bisa jadi, jika kita yang
mengalaminya akan memarahi sang anak, termasuk saya. Kejadian tersebut,
mengajarkan kita bahwa memarahi sang anak bukan hal yang tepat karena toh
kejadian tersebut lajur terjadi. Hikmah yang lain adalah, jatuhnya makanan dan
air galon tersebut belum seberapa jika dibandingkan dengan jatuhnya anak-anak
kita ke rasa bersalah yang terus-terusan dan susah move on (bangkit) dari
kejadian yang menimpanya. Sang ibu mengajarkan kita, jika jatuh, tersenyumlah
dan bangkit lagi. Wallahua’lam []
Komentar