Makanan Kaki Lima, Harga Restoran
![]() |
Umi sama Faiq di Simpang Lima Semarang |
INI
sudah kesekian kalinya Saya ke Semarang. Sejak Bapak dan Ibu Mertua
Saya dipindah tugas dari Tarakan, intensitas ke Kota Semarang menjadi
bertambah. Jika ada kesempatan, Saya dan Istri selalu menyempatkan
saat weekend
berkunjung kesana. Atau sebaliknya, Bapak dan Ibu Mertua Saya yang
berkunjung ke Jogja. Alasannya tidak lain karena ingin menengok anak,
cucu sekaligus liburan. Sebenarnya saat mahasiswa, Saya cukup sering
ke kota kota yang terletak di pesisir utara Jawa ini, untuk
kepentingan organisasi atau mengisi materi acara organisasi
kemahasiswaan.
Dalam
soal view
pemandangan, Semarang memang surganya. Ya, jika kita menengok ke
samping kendaraan kita baik motor ataupun mobil akan terpampang
pemandangan yang cukup indah nan mempesona. Maklum, Kota Semarang
telah menjadi kota pelabuhan internasional sejak ratusan tahun yang
lalu. Kota Semarang terbagi menjadi dua kawasan yang dikenal dengan
nama Semarang Atas dan Semarang Bawah. Kawasan Semarang Bawah yang
menjadi pusat kota pada mulanya adalah laut yang mengalami
sedimentasi aliran sungai yang terdapat di kawasan Semarang bagian
atas. Lokasinya yang terletak di dataran rendah dan sering terkena
luapan air laut (rob) menjadikan Semarang Bawah kerap mengalami
banjir.
![]() |
Kuliner Simpang Lima |
Beberapa
makanan khas Semarang di antaranya seperti Lumpia, Tahu Pong dan Soto
Bangkong adalah perpaduan kuliner Jawa dan Cina. Overall,
kota Semarang sangat oke untuk tempat berlibur, Tapi untuk soal
makanan, menurut Saya Jogja tetap unggul dalam banyak hal, baik soal
harga ataupun kualitas. Mengapa?
Dalam
sebuah kesempatan, Saya makan di daerah Simpang Lima Semarang. Di
daerah ini, sepanjang pinggiran jalan dipenuhi dengan kuliner semacam
kaki lima namun cukup bersih. Saya duga, pedagang-pedagang makanan
ini memang didukung oleh Pemerintah setempat. Ini sudah kedua kalinya
Saya makan disana. Untuk kesempatan yang pertama, Saya mencoba steak
yang ada disana. Menurut Saya, steak ini cukup enak. Saya lupa nama
outletnya. Namun untuk harga, jangan tanya (mahalnya luar biasa).
![]() |
Nota makan di Simpang Lima |
Kesempatan
kedua, saya mencoba makanan pecel lele dan tempe. Kalau ditanya
tentang rasa, rasanya hambar dan kurang enak. Untuk harganya, hmm...
harga es jeruk saja Rp. 4.000, Anda bisa menyimpulkan sendiri
harganya. Kesimpulan saya, makanan di Semarang rasa kaki lima tapi harga restoran. He...
Kesan
saya terakhir tentang kota ini adalah, lambannya proses penegakan
hukum di sana. Seperti kita tahu, sudah hampir 5 tahun kasus dugaan
korupsi asuransi fiktif yang menjerat nama mantan Walikota Semarang
Sukawi Sutarip yang notabene adalah anggota Partai Demokrat mangkrak
di Polda Jawa Tengah. Tim penyidik Polda Jawa Tengah yang menangani
kasus ini sendiri terlihat diam saja dan tak melakukan proses hukum
terhadap Sukawi.
Hasil
audit investigasi BPKP atas pelaksanaan dokumen anggaran DPRD dan
Sekretariat DPRD Kota Semarang tahun 2003 telah menyatakan adanya
kerugian negara sebesar 4,1 milyar rupiah lebih. Dalam hasil
Pemeriksaan tersebut di jelaskan bahwa kerugian terjadi karena
Kebijakan Walikota dan pimpinan DPRD Kota Semarang yang tidak ada
dasar atau ketentuannya. Lah dari pemandangan, makanan, kok jadi ngomongin masalah
korupsi ya? Udahan dulu ah, he... Kalau kesan Anda apa terhadap Kota
Semarang? []
Source:
Dari berbagai sumber
Komentar