KAMMI UII-KAMMI Sleman Selenggarakan Training Jurnalistik
Bertempat
di Auditorium Fakultas Kedokteran jalan Kaliurang km. 14, 5 Sleman,
para aktivis yang tergabung dalam wadah bernama Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) menghelat acara bertajuk
peningkatan intelektual “Training Jurnalistik”. Terselenggaranya
acara ini adalah atas kerjasama sesama departemen Hubungan Masyarakat
(Humas), yaitu antara KAMMI komisariat Universitas Islam Indonesia
(UII) dan KAMMI daerah Sleman. Acara yang dihelat untuk mahasiswa
umum ini dihadiri oleh mahasiswa-mahasiswi dari UII dan UNY. Ini
adalah salah satu bentuk kontribusi KAMMI dalam rangka memberikan
kebermanfaatan (fasilitator amar
makruf) pada sesama
mahasiswa. Sekadar informasi, bahwa KAMMI UII sebelumnya juga mencoba
menjadi fasilitator amal yaitu dengan mengadakan “Aksi Sosial untuk
Sorong yang Terbakar”. Aksi ini berupa penggalangan bantuan untuk
korban kebakaran di Rufei, Kota Sorong, Provinsi Papua Barat yang
mayoritas muslim. Diadakan selama tiga hari (22-24 Mei) di area
boulevard UII, antusias dari para dermawan begitu besar, baik itu
sumbangan berupa dana maupun pakaian. Dalam selang satu hari, KAMMI
kemudian mengadakan Training Jurnalistik ini yang bertemakan
“Membangun Tradisi Ilmiah Mahasiswa”.
Sebanyak
31 orang menghadiri Training Jurnalistik ini, yaitu 23 orang akhwat
dan 8 orang ikhwan.
Selain daripada itu, diadakannya training ini adalah sebagai bekal
bagi kader KAMMI sendiri untuk menjadi aktivis yang multitalenta.
Pelaksanaan acara ini dibagi menjadi tiga sesi. Tampil sebagai
pembicara sesi pertama adalah Yusuf Maulana. Pria asal Cirebon ini
membawakan materi “Manajemen
Media Masa, Isu dan Jaringan”.
Media sangat penting peranannya sebagai sarana membangun citra
organisasi. Menampakkan kebaikan organisasi di media sangatlah besar
dampaknya, namun jangan sampai kita membeli berita—walaupun mungkin
kita mampu untuk itu—sebab hal ini sungguh tidak mencerdaskan.
Media memang mudah sekali membentuk opini. Wajah seseorang bisa
terlihat baik karena media, pun tampilan buruknya seseorang dapat
menjadi konsumsi publik oleh sebab media.
Kader
KAMMI tidak afdhol kalau belajar saja, demo saja, mengejar IPK
tinggi saja, ngaji saja, lulus kuliah pun, sebelum punya karya tulis.
Maka menulislah, tuangkan gagasan dalam tulisan, karena tulisan
adalah bukti peradaban. Terkait pertanyaan peserta mengenai
subjektivitas kita terhadap media, bahwasanya kita mungkin—atau
seringkali—berpikiran bahwa ketika apa yang disampaikan media tidak
sesuai dengan apa yang sedang kita pikirkan maka anggapan yang muncul
adalah media itu menyebar kebohongan. Maka pria kelahiran Cirebon ini
memberi tips agar tidak melihat satu media saja ketika mengamati
suatu isu. Kita perlu melihat satu isu dari berbagai sudut pandang
(media), baik televisi, media cetak ataupun internet.
Sesi
kedua mengenai “Kehumasan” dibawakan oleh Edo Segara. Alumnus
Ekonomi UII ini merekomendasikan agar KAMMI fokus di masyarakat
kampus (mahasiswa). Penekanannya ialah pada ‘kontribusi’ dan
‘kampus’. Sebab tanpa kontribusi, kita tak akan dikenal dan
dianggap apa-apa. Sedangkan kampus ialah lingkup yang dianggap pas
bagi kita sebagai mahasiswa, kita belum perlu menjamah lingkup yang
lebih luas (mayarakat umum) karena kita lebih dekat dengan realitas
di kampus. Publikasi menurut Edo adalah hal vital. “Jangan
remehkan publikasi biasa, semacam blog”, ungkapnya.
Ada beberapa hal yang dijelaskan oleh mantan Humas KAMMI Pusat ini
terkait kehumasan. Pertama, organisasi kita mau dicitrakan seperti
apa. Kedua, kita harus melakukan kerja-kerja di masyarakat (kampus)
secara konsisten. Ketiga, optimalkan publikasi. Keempat, ikhlas
karena Allah.
Sesi
ketiga dibawakan oleh aktivis Humas KAMMDA Sleman Vivit Nur Arista
Putra. Vivit memberikan stimulant pada para peserta mengenai
“Motivasi Menulis”. Beberapa link media yang menerima tulisan
(opini) mahasiswa ia berikan seperti harian Republika,
Kedaulatan Rakyat,
Tribun Jogja. Mahasiswa
FIP UNY ini memotivasi peserta dengan pemaparannya bahwasanya
beberapa media masa belakangan ini seringkali kekurangan tulisan
sehingga ini adalah kesempatan baik bagi para peserta untuk
mengirimkan tulisannya ke media. Selain itu, beberapa media juga
lebih mengutamakan penulis pemula untuk diterbitkan tulisannya,
sehingga ini adalah peluang besar bagi mahasiswa yang memang ingin
menyuarakan opininya di media. Terakhir, training Jurnalistik ini
ditutup dengan doa oleh Ketua KAMMI UII, Mahrus. [Ahada]
Komentar